Thursday 4 October 2018

Tentang .Feast dan Beberapa Orang yang Memaafkan


Akhir-akhir ini saya sedang asyik memutar album kedua .Feast yang berjudul Beberapa Orang Memaafkan. Sebuah mini album yang berisikan enam buah lagu di dalamnya. Tiga di antaranya; "Peradaban", "Berita Kehilangan", dan "Kami Belum Tentu" dirilis berturut-turut selama tiga bulan dan sisanya menyusul dirilis secara bersamaan.

Saya suka dengan lirik-lirik di album ini karena semuanya berbahasa Indonesia. Jadi saya tidak perlu repot-repot men-translate tiap kata atau kalimat untuk bisa menerka-nerka, "kira-kira lagu ini tentang apa, sih?"

Lagu pertama yang keluar adalah "Peradaban". Lagu ini merupakan lagu favorit saya di album ini. Di awal lagu, .Feast seakan mengajak pendengarnya untuk menyebarkan lagu ini. Sebuah ajakan yang menarik untuk memulai perjalanan mengarungi sebuah peradaban. Oh ya, di lagu ini .Feast meminjam potongan lirik milik Banda Neira dari lagu "Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti".

Lanjut ke lagu kedua yang dirilis .Feast adalah "Berita Kehilangan". Di lagu ini, .Feast berkolaborasi dengan Rayssa Dynta. Lagu tentang kematian seorang anak dan sosok ibu yang berusaha mengikhlaskan. Lagu ini mengingatkan saya dengan banyak hal. Dari orang-orang yang dihilangkan beberapa tahun lalu dan masih patut dipertanyakan siapa 'dalang'-nya, juga orang-orang yang harus kehilangan nyawa akibat rivalitas suporter sepak bola. Di lagu ini, .Feast kembali meminjam potongan lirik dari musisi lain, yakni "Taifun" milik Barasuara.

"Kami Belum Tentu" terdengar seperti penolakan sekelompok orang untuk melupakan sejarah dan pertanyaan mengenai "siapa pemimpin yang layak dan mampu menjadi wakil rakyat yang benar". Apalagi ya? Sepertinya cuma itu.


Kalau melihat dari judulnya, "Padi Milik Rakyat" bercerita tentang petani. Tapi setelah didengarkan lebih jauh lagi lagunya, sepertinya tidak hanya itu. Seperti menyindir para koruptor dan para pemilik pabrik atau apapun itu, yang mengambil paksa lahan petani. Hal ini mengingatkan saya dengan kasus penganiayaan Salim Kancil tahun 2015 lalu di Lumajang.

Pada "Apa Kata Bapak" .Feast berkolaborasi dengan Sir Dandy. Sir Dandy seperti berpidato mengenai Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dan yang terakhir adalah "Minggir!" yang mengusir para penguasa dari balik layar kaca, yang hanya menebar dusta demi membela diri dan apapun itu.

Sekiranya, itulah yang saya tangkap dari mini album ini. Tulisan ini belum tentu benar adanya. Mungkin bisa jadi salah. Jadi jangan ditelan mentah-mentah. Kalau saya benar, berarti album ini memang harus disebarluaskan lebih jauh lagi supaya ada pihak-pihak yang tersindir atau minimal mengingatkannya pada suatu hal.

Selamat dan sukses.

0 comments:

Post a Comment

Pageviews

bayupradhana. Powered by Blogger.

Followers