Wednesday 12 June 2013

Perempuan Impianku [PART 1]


Banyak perempuan yang cantik, tapi tidak ada yang lebih indah dari dia. Iya, dia adalah seorang perempuan yang aku kagumi. Seorang perempuan yang bisa membuat hatiku luluh. Mungkin kedengarannya sedikit berlebihan. Tapi, aku serius. Dia memang sangat meluluhkan hatiku. Sampai-sampai saat aku sedang tidur, aku bermimpi bisa mendapatkannya. Ya, hanya mimpi saja.

Saat itu, aku sedang berada di sebuah mall di daerah Jakarta. Seperti biasa, aku hanya menjalankan apa yang sudah menjadi kebiasaan anak muda di malam minggu. Setiap aku pergi ke mall tersebut, aku selalu berada di food court-nya. Tepatnya, di smoking area. Ya, aku adalah seorang perokok. Tapi tidak terlalu aktif. Hanya saat merasa bosan saja.

Aku mengambil sebungkus rokok dan korek api di kantong kanan celanaku, lalu aku mengambil satu batang rokok dari bungkusnya dan mulai membakarnya. Tiba-tiba, ada seorang perempuan yang datang menghampiriku.

"Maaf, boleh pinjam kursinya satu?"

"Iya, boleh."

"Makasih." perempuan itu tersenyum.

"Iya, sama-sama" sambil tersenyum balik ke arah perempuan itu. Lalu dia pergi membawa kursi yang ada di sebelahku tadi. Tiba-tiba jantungku berdebar cepat. Aku merasa, aku sedang mengalami cinta pada pandangan pertama.

Semua tipe perempuan yang aku sukai, ada pada dirinya. Dari mulai wajahnya yang cantik, sampai cara dia bicara dengan orang lain. Aku baru sadar, bahwa ternyata bidadari itu memang benar-benar ada.

Aku melihat sekeliling food court ternyata sudah mulai sepi. Lalu aku bersiap-siap untuk pulang ke rumahku. Saat aku bangun dari kursiku, aku melihat ke tempat perempuan tadi duduk bersama kedua temannya. Ternyata dia sudah pulang duluan. Ahh.. Padahal, baru saja aku ingin mengajaknya berkenalan.


*** 

Keesokan harinya, aku berjalan-jalan untuk melihat senja yang indah dari sebuah taman yang jaraknya lumayan jauh dari rumahku. Meskipun jauh, tapi menurutku taman itu memiliki keindahannya tersendiri. Saat aku keliling taman untuk mencari tempat yang enak saat melihat senja, ternyata ada seorang perempuan yang sedang melukis sendirian di dekat bangku taman yang kosong.

Sedikit heran, sepertinya aku pernah melihatnya. Lalu aku dekati dia yang sedang melukis bunga-bunga di taman itu.

"Hai, gambarnya bagus."

"Iya? Makasih ya." Sambil menoleh ke arahku dengan raut muka yang heran.

"Iya sama-sama. Kayaknya aku pernah liat kamu deh, tapi dimana ya?"

"Oh iya, kalau tidak salah kita bertemu kemarin malam di food court."

"Ah, iya benar sekali! Ngomong-ngomong, namaku Billy."

"Namaku Jessica." Dia tersenyum.

Senyumnya membuat aku gugup. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Untungnya, Jessica melanjutkan melukis lagi. Andai saja dia menungguku untuk bertanya-tanya lagi, mungkin aku akan pergi dari taman itu dengan segera.

Jessica selesai melukis, lalu dia terbangun dari duduknya itu.

"Yes! Akhirnya selesai juga"

Aku hanya bisa tersenyum kepadanya. Kamu pasti tau mengapa aku hanya memberikan senyumku padanya, bukan.

"Aku pulang duluan ya, Bil" Dia bertanya padaku.

Aku diam sejenak. Aku berpikir, aku tidak boleh menghilangkan kesempatan emas yang sudah datang ini.

"Emm... Tidak. Aku juga ingin pulang. Mau aku antar pulang?" Tanyaku gugup pada Jessica.

"Kalau aku tidak merepotkanmu, aku mau saja."

Mendengar jawaban itu, aku langsung mengantarkan dia pulang ke rumahnya dengan mobilku. Untungnya aku membawa mobil. Jika saja tadi aku membawa motor, aku bingung bagaimana dengan lukisan Jessica yang sudah dia lukis tadi di taman.

Aku berhenti disebuah rumah besar yang indah dipandang. Ternyata, jarak antara rumahnya dengan taman tadi tidak terlalu jauh.

"Makasih ya, Bil. Kamu udah mau mengantar aku ke rumah." Lagi-lagi dia melontarkan senyuman manisnya padaku.

Kali ini aku berusaha untuk tidak gugup.

"Iya, sama-sama ya Jes." Aku juga melontarkan senyumku padanya. Meskipun aku tahu, bahwa senyumku tidak seindah senyumannya. Tapi bagiku, seseorang yang bersama kita akan senang jika kita mau tersenyum kepadanya.

Jessica membuka pintu mobilku sambil membawa lukisannya keluar. Saat dia ingin menutup pintu, aku memanggilnya.

"Eh, Jes."

"Iya? Kenapa Bil?" Katanya, sambil membuka pintu mobil lagi.

"Boleh aku minta nomor hape kamu?" Sekarang, aku sudah tidak gugup lagi bicara dengan Jessica.

"Hmm... Boleh kok." Lalu dia memberikan nomornya kepadaku.

Di perjalanan pulang menuju ke rumah, aku merasa hidupku kali ini sangatlah berwarna. Aku jadi senyum-senyum sendiri karena mengingat hal tadi.

Baca part 2 disini.

4 comments:

  1. Saya penasan saja, seperti perempuan manakah Jessica yang telah meluluhkan hatimu ini mas..
    Boleh dong sesekali fotonya jipajang..
    Salam ya mas sama si Jessica.. :)
    Hehehe

    ReplyDelete
  2. Aduh hahaha ini cerpen fiksi om. Soalnya kalo masalah percintaan di dunia real, ane pasti gak berani minta nomer hapenya langsung sama orangnya :))

    ReplyDelete
  3. ini fiksi ato nyata? berasa sensasi apa gitu pas baca cerita ini...

    ReplyDelete

Pageviews

bayupradhana. Powered by Blogger.

Followers