Tidak banyak kata yang bisa aku ucapkan untuk
mereka. Ya, tidak. Hanya selembar kertas putih dengan tinta hitam saja yang bisa
aku berikan untuk mereka. Aku tidak pandai dalam berbicara. Entah kenapa, aku
selalu takut untuk melakukannya. Apalagi, jika membicarakan sebuah “kesalahan”
yang telah aku perbuat pada seseorang. Ya, sekiranya mungkin begitu. Makanya
aku membuat sebuah tulisan di selembar kertas putih.
Aku merindukan mereka. Sangat. Semoga saja mereka
juga merindukanku. Sama seperti aku merindukan mereka. Aku tidak tahu dimana
mereka berada saat ini. Yang aku tahu, aku sudah tidak bersama mereka sejak aku
berusia 5 tahun. Begitulah yang dikatakan seorang wanita yang aku panggil
“ibu”. Ya meskipun, sebenarnya ia bukanlah ibu kandungku. Ia hanya seorang
wanita yang mengurus aku dan teman-temanku yang memiliki masalah sepertiku.
Tidak tahu dimana kedua orangtua kami berada.
Meski mereka meninggalkanku tanpa sebuah alasan yang
jelas, aku tidak pernah memiliki perasaan benci terhadap mereka. Aku selalu
menyelipkan mereka dalam setiap doa-doaku. Emm.. sebenarnya tidak aku selipkan.
Karena mereka selalu menjadi urutan pertama dalam setiap doaku.
Andai saat ini mereka berada di sampingku, aku akan
memeluknya. Meminta maaf atas segala kesalahanku, sampai-sampai mereka
menitipkanku pada sebuah Panti Asuhan ini.
“Ayah,
Ibu. Aku merindukan kalian. Aku ingin merasakan pelukan hangat dari kalian
berdua. Dimana kalian? Baik-baik saja, bukan? Semoga suatu saat nanti kalian membaca
tulisan ini dan datang ke Panti Asuhan ini untuk menjemputku.
Dari, Seseorang yang sangat menyayangi kalian.”
Dari, Seseorang yang sangat menyayangi kalian.”
mungkin blm waktunya bro, kalau waktunya dateng pasti kalian dipertemukan
ReplyDeleteamin...
Haha ini cuma fiksi bro :))
Delete